Rabu, 30 Desember 2015



Malam berganti pagi, hingga tahun berganti tahun
Dunia terus berputar seperti kincir yang terus dihembus angin
Berputar memenuhi ambisi Tuhan, yang tertulis di bukuNya

Angin yang berhembus membawa nada-nada lembut lantunan syar'i
menggetarkan jiwa-jiwa yang patuh dan bersembunyi di balik mentari

yang bermimpi tetap bermimpi
yang terlelap tetap terlelap

Yang kian lama aku disini
Kian lama tiada insani
Meski bandung tetaplah bandung
Ini tetap bukan rumah.
.
.
.
.
.
.
Karena aku sendiri..





Bandung, 20-23 Desember 2015













"....maksud bersyukur dan menikmati apa yang ada dan gak ada di saat ini dan di masa depan, udah kayak makanan yang tiap hari ditelen tapi gak bikin kenyang. Pun, mereka yang mengeluhkan “rumput tetangga selalu lebih hijau”, harusnya juga tahu bahwa tetangga mereka pun akan mengatakan hal yang sama pada rumputnya." - katanya

09:02 PM - 1 Nov 2015








Selasa, 29 Desember 2015













“...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

05:43 - 7 Dec 2015 










Jerit sakit karena maunya
melanglang buana mencari cahaya
lama merana karena sukarnya
buntu berliku, diam tak bersuara

jalanku gersang, kini makin tak bersemi
di ambang batas dari langit si peminta
tumpah cerca dan menyulut kedengkian
bimbang, lalu pulang dan tak kembali


09:21 PM - 29 Sep 2015















"Kedzoliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena 'diam' nya orang-orang baik." - (Ali bin Abi Thalib Ra)

5:59 AM - 6 Apr 2014












Senin, 28 Desember 2015














"Sandiwara terekayasa, bermuka dua pun sendiri. Sarisapa terpaksa, gurau satu ingin berlari..."


10:27 PM - 23 Dec 2013 












Jika Bersama Mempunyai Arti


        Jika ada seseorang yang memiliki sifat empati berlebih, akankah dia menjadi orang yang lebih baik? Dan kalau, ada seseorang yang menginginkan sebuah kesenangan, akankah ia menjadi lebih buruk? 

Jika raga ini memang lebih baik diam, maka diamlah, dan terima segala akibat dari diam yang kau idamkan itu! Tapi jika jiwa ini menolak dan menuntut suatu kepuasan, maka bicara dan rasakan gejolak yang kau pendam selama itu..


Ketika melihat kehidupan orang lain (ibarat rumput tetangga yang selalu lebih hijau itu), seakan takdir yang menampar diri ini seraya berkata, 


“kenapa harus mereka yang mendapat keuntungan dari hasil yang belum tentu mereka yang telah memperjuangkannya?” 


Saat hidup terasa sulit diperjuangkan, lalu untuk apa dipertahankan? Sebuah keuntungan bukanlah cara yang pantas untuk menaruh beribu harapan, 

"lalu untuk apa berharap jika bersandar pada kebetulan?" Jalan hidupku memang berbeda, aku, kamu dan dia benar-benar-tak-sama, 

"lalu apa arti bersama jika dan hanya jika akan ada satu orang yang pantas untuk dikorbankan?"  

Dan jika adil itu memang sama rata, "lalu apa arti keadilan jika semuanya patut menderita hanya dan hanya untuk kata “bersama” ?"


01:06 - 4 Maret 2015 

Memilih, Usaha dan Menikmati

Genap 9 bulan sudah menjalani hari sebagai murid SMA di tahun terakhir. Merasa kalau waktu tiga tahun di SMA itu sangat sebentar adalah hal klasik yang sering dilontarkan. 

Aura gengsi dan kompetisi begitu sengat dirasa, begitu mudah di identifikasi. Rekayasa hasil hingga peng-agung-an atas nilai menjadi suatu yang lumrah. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar semakin berkurang, rasa memiliki atas apa yang diusahakan bersama menjadi nihil. Bahkan terkesan menjadikan setiap harinya diburu waktu yang seolah tak pernah henti untuk menuntut.

Hingga mungkin, dalam beberapa bulan kedepan hal itulah yang nantinya akan saya kenang. Banyak hal telah dikerjakan semasa SMA. Berat memang, namun inilah fase dimana tiap individu berlomba-lomba meraih apa yang (mungkin) ia citakan. Meraih segala apa yang ia ambisikan. Memakan waktu demi jenjang berikutnya. Melawan rasa segan dalam hati, yang bisa jadi meronta untuk tidak ingin meninggalkan dengan cepat masa ini. Sampai waktunya tiba, saat dimana masa-masa jenuh seperti saat ini dirindukan. Enggan ditinggalkan.

Memilih untuk memahami apa itu sebuah kebersamaan, hal yang mungkin nantinya tidak lagi saya dapat di kehidupan perkuliahan. Mungkin ada, tapi nggak bisa seindah saat ini. Mungkin bisa dibuat, tapi nggak sama seperti sekarang dan kemarin.

Saya memilih untuk sebanyak-banyaknya berinteraksi, membuka diri, menambah koneksi dan tak berspekulasi. Memilih untuk tak sekedar menjalani, tak seolah melalui, tak semudah melangkahkan kaki lalu beranjak lagi.
Pencapaian, kesuksesan, dan keberhasilan selama 3 tahun di SMA amat terasa di kelas 3. Seolah kerja keras saat di kelas-kelas sebelumnya belum memperoleh hasil yang baik. Bagaimana tidak, semua pelajaran yang di-UN-kan baru dimengerti dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa bulan di tahun terakhir.
Hampir 1 bulan dan Ujian Nasional semakin mendekat, hari demi hari terhitung sejak awal semester 6. Frekuensi belajar dan perubahan terlihat amat jelas bagi yang sadar akan masa depan, yang merasa buruk/kurang dalam segi akademik, menjadi baik. Sedang yang merasa sudah baik akademiknya, menjadi lebih dan lebih baik lagi. Semua terasa karena padatnya kegiatan anak kelas 12. Tryout SBMPTN (Seleksi Tulis Masuk PTN), ujian praktek dan tryout Ujian Nasional sudah terlewat.UAS pun akan mengisi satu minggu penuh agenda anak-anak SMA. Kesibukan hari demi hari berujung pada hasil akan menjadi apa kita nanti. 
Insya Allah, apa yang kita lakukan tidak berujung sia-sia, selama ada usaha, doa, dan tawakal kepada Yang Kuasa akan mendapat sesuatu yang seimbang, seimbang dengan apa yang kita usahakan. Aamiin J
18:04 - 15 Maret 2014
















"Pemujaan, penjunjung kehormatan, pemandang tinggi kelebihan. Tak banyak yang pemurah, beberapa yang ramah, sedikit pula yang menghargai. Pun cukup beberapa kata, cermin perilaku akan menggambarkannya."

11:54 PM - 7 Jul 2014 



























"Kebanyakan dari mereka melihat tanpa memerhatikan, mengerjakan lalu ditertawakan, mengkritik, menghilang. Zalim dan tidak terselesaikan."

11.05 AM - 10 Januari 2015










ORASI CGTS ITB - SMAN 1 DEPOK

Januari 2015 


Pemuda-pemudi Leskantara! 
Sedikit aku ingin bertanya, gerangan apa yang membuat kalian bahagia, hidup di waktu tenang tanpa goresan luka?
Luka akibat penderitaan melawan waktu, dan perjuangan untuk memperoleh apa yang kalian inginkan!
Tawa kalian begitu ceria, suka cita kalian yang begitu bahagia tanpa sadar telah membuat kalian mati rasa!
Mengeraskan hati dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya!


Hai Leskantara!
Sekarang renungkanlah, perjuangan para pahlawan kemerdekaan terdahulu
Mengangkat senjata demi tegaknya nusantara
Menyingsing semangat untuk ribuan tentara
Desingan peluru berpadu memainkan iramanya.
Langit cerah Indonesia berubah gelap karena asap hitam yang membumbung.
Sahutan takbir menggentarkan jiwa-jiwa pengecut yang bersembunyi di balik gundukan karung jerami.
Menggemakan makna dari hidup tanpa penindasan.
Kata yang menggetarkan jiwa-jiwa yang rindu akan kebebasan.
Jiwa-jiwa gagah yang berseru menyambut datangnya maut demi tegaknya satu kata Merdeka!


Tapi kini... 
Perjuangan itu hanya sebatas mencari keuntungan,       
Kemerdekaan yang diharapkan, belum sepenuhnya didapatkan
Penjajahan kembali dalam bentuk yang berbeda
Korupsi dan kolusi telah menjadi tradisi dan budaya
Degradasi moral telah melahirkan pemuda yang tidak lagi bijaksana
Apakah kini, kebaikan itu telah menjadi sesuatu yang tabu?!


Hai! Pemuda-pemudi Indonesia! 
Tahukah Kamu?
Sebuah suara itu terdengar sendu tanpa hadirnya nada
harmoni juga terdengar pilu tanpa pelantun yang mengiringnya
Begitu juga negeri yang takkan kokoh tanpa pemuda yang menopangnya!
Hidup ini terasa kosong tanpa perjuangan!
Dan kemenangan terdengar menyedihkan jika kamu hanya diam!

Namun.. 
Apa yang salah dengan pemuda Indonesia?
Mengapa seluruh mata di penjuru nusantara tertuju pada mereka?
Siapa yang bertanggung jawab atas lahirnya para penjahat negeri?!
Apakah Universitas? INSTITUSI? ITB??
Bukan!

ITB itu tempat pemimpin bangsa bukan Pemimpi belaka 
keras bagi orang-orang yang pemalas
bencana bagi para penunda
bukan pula rumah bagi kalian yang berjiwa lemah
dan ITB itu bukan tempat mencapai tujuan tapi jalan untuk berjuang!


Hai Pejuang Leskantara! 
Sekarang sudahkah kalian berkaca, apa yang akan kalian dapatkan dari perguruan tinggi?
Untuk siapa kalian masuk ITB?
Apa yang kalian cari? Ketenaran? Gengsi?
Atau untuk menerima panggilan dari perusahaan ternama?
Apakah untuk memuaskan bos luar negeri?
Siapa yang akan sejahtera?
Bangsa ini? atau diri kalian sendiri?!
  

Leskantara! 
Sadarkah kalian?
Kata orang kalian itu apatis
Kata orang kalian itu egois
Yang senang bermimpi dan tidak cukup kuat untuk menerima kenyataan!
tetapi, jangan kalian jadikan ITB sebagai pilihan untuk bergantung!
ITB bukan pula wadah bagi kalian untuk mencari keuntungan!
Bukan juga tempat agar kamu berlindung di bawah namanya!

Hai Pemuda-pemudi Indonesia! 
Sekarang, sudah siapkah kalian menjadi mahasiswa?
Yang berbakti untuk Tuhan dan bangsanya
Yang menjadi tauladan dan harapan tanah air nusantara
Yang menjadi tuntunan dalam merubah peradaban suatu negara...
  
Karena, saat akal sehat negeri ini terlepas dari itu semua,
tiba saatnya kalian menunjukan kuasanya, maka dunia akan berubah!!


Sekarang, mari kita getarkan Bumi Nusantara ini, dengan salam kebanggaan dari Bumi Ganesha
Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater!!!