Minggu, 29 Mei 2016




Semua organisme harus berevolusi untuk bertahan dan beradaptasi pada lingkungan di sekitarnya. Begitu pula dengan manusia, yang mungkin harus terpaksa mengubah sifatnya karena suatu masalah dalam hidupnya. 

Penulis berujar, "Aku pernah menjadi yang seperti itu. Tidak menemukan arti lain dari kebaikan dan kesabaran. Pernah menjadi baik karena terinspirasi dari berbagai cerita dan perkataan orang tua dulu", yang salah satunya adalah

"Kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik"

"...aktif dan menghindari suatu aktivitas yang dinamakan 'diam' dan menyeru kebermanfaatan bagi sesama manusia, namun jiwa yang masih belajar dan rendah ilmunya ini mudah rapuh dilahap waktu dan kondisi. Yang kuat akan terus melangkah, sedang yang lemah akan tertinggal atau mengganti jalan hidupnya agar dapat mengejar"

Penulis menuturkan, "Orang-orang yang kuat akan terus yakin bahwa akan datang suatu kebaikan yang entah darimana datangnya, sedang orang-orang yang 'sedikit goyah keyakinannya' ini akan cemas dimana serta kapan datangnya kebaikan itu dan mungkin pergi untuk mencari jalur singkat lainnya. 'Jalur singkat lain ini' dapat tetap pada jalur lain yang benar, atau mungkin jauh dari semestinya, yang mengarah pada kebaikan diri sendiri, dan lupa apa arti 'manfaat untuk orang lain'. Kerasnya hidup yang menggoyahkan dan tidak dapatnya suatu perhatian dari orang lain (yang merupakan kebutuhannya) dapat menjadi salah satu pemicu penyimpangan dan perubahan pola pikirnya" seperti;

"Semua orang hanya akan datang ketika mereka butuh, sedang di saat kita butuh, mereka pergi"

"di saat seperti itu, people think they won't to be blamed for this action dan mereka tetap pada jalannya, menjunjung tinggi keyakinan yang mereka pegang teguh, sementara yang salah jalur semakin terlempar dan terjerumus pada keadaan salah yang terus meyakinkannya bahwa 'ini adalah benar'. Kalau sudah seperti ini siapa yang bisa disalahkan? Semua merasa paling benar bukan?
menurut orang yang 'mencari jalan pintas', "mungkin saya sudah lelah dengan keyakinan yang katanya benar dan dipegang oleh orang-orang itu, 'kebermanfaatan untuk sesama' hanya merugikan saya dan 'menguntungkan' mereka"
namun menurut orang yang 'katanya benar' ini, "hidup memang 'kadang di atas, kadang di bawah' dan 'penuh dengan lika dan juga liku'. Sabar menjadi kunci bagi mereka yang mampu, sedang yang tidak memiliki kunci tidak dapat membuka pintu." Ujar penulis.

12.13 - 29 Mei 2016


Sabtu, 21 Mei 2016



Apa yang salah dari makin kesini?
Semua dari hati membangun emosi 
sederhananya menjadi puisi, 
rumitnya menjadi bahan kritisi.

Turun dari imaji, kepala, hingga ke kaki

berkontemplasi sampai ke suatu konklusi.

Lantaran bahu yang merangkul,
punggung ikut memikul
Sesederhananya menjadi hasil
Serumitnya tak boleh ada yang ganjil

Memang, 
Semua harus serba hati-hati
Sebab kata tak pernah memiliki arti
kecuali manusia memaknai.


11.41 - 21 Mei 2016

Kamis, 19 Mei 2016





Berdiam membangun kata
menjadi sajak yang tak pernah
kau baca.

Ya, kadang kucing yang mengeong
memang takkan lebih seperti
singa yang mengaum

ada yang mengatakan bahwa;
"Kadang kesendirian dirasa lebih nyaman karena dulu,
kita merasa terhempas dari keramaian
menjadi trauma dan yakin kita adalah pendiam,
padahal tidak."
 
"Ada pula yang menghilang hanya
agar tahu rasanya dicari. Ada
juga yang menghilang untuk
terbiasa tak bersama lagi."
dan tentu;
"....beberapa memang lebih indah bila
diikhlaskan ketimbang dipaksakan"

dan sebaik-baiknya tempat yang memikirkanmu
adalah rumah dengan sepasang lengan dan bahu,
tentang setetes sabar yang ku dekap dalam pekat
tentang bisu dan rindu, agar semoga cepat rehat.

Depok
7.31 PM - 18 Mei 2016