Jika berpuisi itu ibarat menanti,
yang sabar menunggu tuk sesuatu tak pasti,
maka ia akan benar menemani hati,
sampai akal budi jadi terhenti
dan menuntutmu, untuk selalu berimajinasi
Menurut Aan Mansyur:
"di luar sana, entah dimana, jodohku sedang memamerkan baju barunya,
cari perhatian, dan mengisi libur lebaran dengan orang yang dia kira jodohnya"
Padahal, berpuisi itu tidak pula cuma perkara wanita
yang selalu benar dan tak pernah ada salahnya
yang ada sementara lalu pergi tuk selamanya
kemudian sengsara sebab tak mau pakai logika.
Suatu sajak berkata;
"Kata-kata cinta dapat terucap indah,
mengalir berzikir di kidung yang berdoa
dan sakit yang terasa biar jadi penawar dosanya"
kemudian apa yang membuatmu begitu bersedih?
dan mana yang kau pilih? perih, atau jerih untuk surgaNya?
Rindu memang tak pernah bisa menjadi tabah
dan sialnya, rindu kerapkali membuat mata kita merasakan basah
Namun, ada juga yang begitu hebat dalam menyembunyikan luka
hingga tulisanlah yang menjadi tangisnya
atau sekedar tertawa tanpa suatu hal yang jenaka
kalau menurut Iwan Fals,
"...aku bukan sedang berduka, aku sedang menghadapi cinta
dimana air mata bukan lagi sebuah duka."
Wallahualam,
Tuhan yang memberi rezeki untuk hambaNya.
Ar Rahim, Syawal 1437 H